Selasa, 5 November 2024

Ahli Botani Jepang Jual Jamu Tradisional Indonesia

Laporan oleh Ika Suryani Syarief
Bagikan
Naofumi Nomura ahli botani dan ekologi asal Jepang telah membuat dan menjual jamu tradiosional Indonesia. Foto: Antara

Sejak 2014, Naofumi Nomura ahli botani dan ekologi asal Jepang telah membuat dan menjual jamu tradiosional Indonesia.

“Dulu saya belajar botani di Jepang dan saya belajar botani di hutan Indonesia, dari situ saya mulai tahu bahan-bahan jamu,” kata Naofumi yang ditemui Antara di Fujisawa, Selasa (11/10/2022).

Ia juga menjelaskan tujuan dari membuat dan menjual jamu adalah untuk mengenalkan minuman herbal asal Indonesia sebagai alternative obat tradisional.

“Di Jepang itu ada obat China saja, obat China dan obat Jawa itu berbeda, jadi saya mau kasih tahu ke orang Jepang,” tuturnya.

Menurut Naofumi, jamu sangat berkhasiat untuk kesehatan termasuk dalam mengobati penyakit.

Pria yang bergelar Ph.D dari Universitas Kyoto, menuturkan saat ini orang-orang Jepang hidup di lingkungan yang lebih hangat daripada masa lampau karena perubahan cuaca dan pengaruh teknologi, seperti pendingin dan penghangat ruangan.

Maka dari itu, ia berkeinginan untuk membuat jamu yang dikenal di Jepang guna menjaga kesehatan masyarakat Jepang.

Jamu-jamu dengan merek “Tetes Manis” yang dijual antara lain, kunyit asam, beras kencur, temulawak, pegagan, campuran, dan jamu set.

Harga jamu dalam kemasan kantong (pouch) 100 ml dibandrol mulai dari 650 yen (Rp70.000) hingga 800 yen (Rp85.000).

Ia berkomitmen tidak menggunakan bahan kering untuk membuat jamu, namun dirinya memakai bahan-bahan yang segar langsung diimpor dari Indonesia.

“Saya selalu menjaga resep tradisional jamu Indonesia, jadi saya tidak pakai bahan-bahan kering. Saya pakai jahe, temulawak yang segar,” ujar Naofumi yang pernah tinggal di Solo, Jawa Tengah, untuk mendalami pembuatan jamu.

Sebelum jamu itu dijual, Naofumi selalu merasakan dan mengecek terlebih dahulu rasa dan kualitas jamu yang ia buat.

Ia juga melanjutkan bahwasannya cita rasa jamu yang berada di Jepang sudah disesuaikan dengan lidah orang Jepang yang mana lebih menyukai rasa manis.

“Karena saya orang Jepang, jamunya sedikit lebih manis daripada jamu Indonesia karena orang-orang Jepang terbiasa makan camilan manis dan rasa ini bisa diterima oleh mereka,” ujar Naofumi.

Naofumi berharap untuk ke depannya dapat mendirikan pabrik jamu di Indonesia dan mengekspor jamu ke Jepang.

Ia juga mengaku tidak tertarik untuk berkolaborasi dengan perusahaan-perusahaan jamu yang trsohor di Indoonesia karena mereka menggunakan bahan-bahan dan menjual jamu kering atau bubuk.

“Saya ingin membuat jamu yang segar, jadi di masa yang akan datang saya ingin mengenalkan jamu gendong ke orang-orang Jepang,” ujar Naofumi.

Naofumi saat ini menjual produk jamu di sebuah toko di Tokyo dan bslum berminat untuk menjual secara daring. (ant/tik/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Selasa, 5 November 2024
30o
Kurs